Rayap Kayu Kering (Cryptotermes)

Rayap Kayu Kering (Cryptotermes)

Nilai Ekonomi Rayap Kayu Kering

Manusia telah lama mengenal hewan yang bernama serangga seperti rayap, kecoa dan lain sebagainya. Bahkan jauh sebelum manusia ada kira-kira lebih dari 300 juta tahun yang lalu, serangga tersebut sudah diciptakan di planet bumi ini. Animal Kingdom (Kerajaan Fauna) dibagi dalam beberapa filum yang kemudian dibagi lagi menjadi kelas-kelas. Salah satu kelasnya adalah Kelas Insecta (Kelas Serangga). Kelas Insecta dibagi dalam lebih dari 30 ordo dimana 2 di antaranya merupakan serangga perusak kayu yang sangat dominan yaitu Coleoptera (kumbang) dan Isoptera (rayap). Rayap termasuk dalam Ordo Isoptera yang kedua pasang sayap reproduktif mempunyai besar dan bentuk yang sama. Walaupun banyak masyarakat masih berfikiran bahwa rayap mengakibatkan dampak negatif, namun di alam mereka dapat menciptakan sumbangan positif terhadap ekosistim bumi. Sumbangan mereka yang paling besar adalah mereka memainkan aturan dalam mendaur ulang kayu dan bahan tanaman. Mereka membuat lorong-lorong di dalam tanah sehingga tanah menjadi gembur dan poros yang cukup baik untuk pertumbuhan tanaman. Rayap baru akan bermasalah apabila memakan struktur kayu dalam bangunan. Di Indonesia saja tercatat kerugian akibat serangan rayap perusak bisa mencapai 224-238 milyar per tahun. Untuk ukuran dunia dipastikan akan lebih dari itu nilai kerugiannya. Berbeda dengan Rayap Kayu Kering dan Bubuk Kayu kering, kerusakan yang diakibatkan kedua hama tersebut tidak terlalu signifikan namun hal ini perlu dikendalikan karena kedua hama tersebut mempunyai nilai “propagule pressure” yang tinggi yaitu kemampuan spesies untuk terintroduksi ke area non-native diantaranya mudah beradaptasi, perilaku biologi bersarang serta plastisitas kasta.

Biologi dan Perilaku Rayap kayu kering

Rayap kayu kering biasa menyerang kayu-kayu yang kering, kayu yang tidak lapuk, termasuk kayu struktur bangunan, perabot rumah tangga, dan tempat penyimpanan kayu. Rayap kayu kering tidak memerlukan kelembaban yang tinggi dan dapat bertoleransi pada kondisi yang kering dalam waktu yang cukup lama. Mereka tinggal di atas tanah dan sarangnya tidak berhubungan dengan tanah. Keberadaannya dapat segera diketahui dari feses pelet, yang merupakan kotoran hasil pencernaan. Feses pelet adalah butiranbutiran halus dengan panjang +0.70 mm, dengan permukaan bersisi 6 buah yang rata dan ujungnya bulat (Gambar 1).

feses pelet rayap kayu kering
Gambar 1. feses pelet rayap kayu kering (sumber: Sulaiman Yusuf)

Siklus hidup Rayap Kayu Kering

Meskipun jumlah anggota koloni rayap kayu kering tak sebesar koloni rayap tanah, namun ia dapat menyebabkan kerusakan yang serius terhadap kayu struktur maupun furniture yang mudah dipindahkan seperti mebel. Koloni rayap kayu kering bersarang di dalam kayu yang diserang dan tak berpindah sarang sampai kayu tersebut mengalami kerusakan parah. Infestasi rayap kayu kering sulit terdeteksi, dikarenakan sarang tak terlihat dari luar. Ketika infestasi diketahui melalui feses pelet, bisa dikatakan saat itu sudah terlambat, karena koloni sudah terbentuk cukup lama dan ekstensi serangan sudah melebar. Rayap kayu kering memiliki kemampuan mendeteksi struktur fisik kayu (Himmia dkk, 2016). Ketika membangun sarang, mereka memilih bagian kayu dengan tingkat kekerasan yang lebih rendah, serta menghindari patahan dan ekspose sisi terluar kayu.

siklus hidup rayap kayu kering
Gambar 2. siklus hidup rayap kayu kering (sumber: Sulaiman Yusuf, IPB)

Rayap kayu kering memiliki siklus hidup yang sangat berbeda dengan rayap tanah (Gambar 2). Kasta pekerja dalam koloni rayap tanah bersifat terminal, tak lagi tumbuh (molting) menjadi kasta yang lain. Koloni rayap kayu kering tak memiliki kasta pekerja sebagaimana yang terdapat di rayap tanah. Para ilmuwan memberikan beberapa istilah seperti “pekerja palsu (false worker)” atau pseudergate, yang merujuk pada instar akhir dari larva (Himmib dkk., 2016). Pseudergate bukanlah kasta terminal, namun dia memiliki kemampuan tumbuh menjadi berbagai kasta lain, seperti kasta prajurit atau nimfa yang kemudian tumbuh lebih lanjut menjadi kasta reproduktif (laron).

Ukuran Raja dan Ratu pada rayap kayu kering lebih kecil dibanding rayap tanah. Ratu rayap kayu kering juga mengalami perbesaran abdomen, namun masih mampu berpindah tempat secara bebas bersama koloni dan mencari makan sendiri (Gambar 3).

koloni rayap kayu kering
Gambar 3. koloni rayap kayu kering Incisitermes minor (a) Ratu, reproduktif Primer; Kasta prajurit dan pseudergate.

Ketika reproduktif primer (Ratu atau Raja) absen, anggota koloni akan menggantikannya. Pseudergate maupun nimfa mampu tumbuh menjadi reproduktif pengganti, yang disebut Neotenik. Neotenik yang tumbuh dari pseudergate tak memiliki sayap di badannya. Identitas kelamin neotenik bisa diidentifikasi dengan melihat jumlah ruas abnomen di perut, serta atribut-atribut seksual yang melekat. Plastisitas tumbuh yang dimiliki pseudergate inilah yang membuat koloni rayap kayu kering mampu bertahan hidup, meskipun dalam jumlah sedikit dan tiadanya kasta reproduktif. Oleh karena itu, jenis rayap ini termasuk hama permukiman yang paling invasif dan mudah tersebar.

Proses terbentuknya koloni Nimfa dapat tumbuh menjadi laron yang berwarna coklat gelap dan memiliki sayap. Ketika musim terbang kelompok tiba, laron akan terbang keluar dari sarang untuk mencari pasangan.

Laron jantan dan betina yang sudah mendapat pasangan, masuk ke dalam kayu untuk membuat sarang baru. Mereka masuk melalui celah atau retakan pada kayu, kemudian menutupnya dengan semen feses yang berwarna coklat yang berukuran diameter kurang lebih 3 mm. Di sebelah penutup tadi mereka menggali ruangan yang akan digunakan sebagai ruangan ratu untuk melahirkan telur (Gambar 4).

Rayap muda (larva) yang lahir dari telur tersebut menjadi kasta pekerja untuk memulai kehidupan koloni baru. Kasta prajurit dan kasta reproduktif juga akan dibentuk dari rayap muda tersebut. Koloni rayap kayu kering berkembang sangat lambat dan maksimum anggota koloni berjumlah sangat sedikit. Jumlah anggota koloni yang berumur 4 tahunan berkisar kurang dari 1000 ekor, sedangkan koloni yang sudah tua berumur 10-15 tahunan anggotanya kira-kira berjumlah 3000 ekor. Jumlah tersebut sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah anggota koloni rayap tanah yang jutaan ekor.

Jumlah anggota koloni rayap kayu kering relatif kecil dan pertumbuhan koloninya sangat lambat dibandingkan dengan rayap tanah. Sehingga, kerusakan terhadap struktur kayu bangunan pun relatif lambat, jika dibandingkan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh rayap tanah. Namun demikian, infestasi rayap kayu kering yang bersifat laten dan kasat mata bisa sangat berbahaya, terutama jika infestasi terjadi pada bagian struktur utama bangunan kayu. Saat gempa bumi maupun angin kencang, bangunan akan rawan rubuh dan membahayakan penghuninya.

Identifikasi Serangan Rayap Kayu Kering

Walaupun menyerang komponen-komponen kayu pada bangunan, namun uniknya, rayap kayu kering tidak menyerang barang berlignoselulosa lainnya seperti arsip-arsip, buku, lukisan dan lain-lain. Kerusakan yang ditimbulkan oleh rayap kayu kering berbeda dengan rayap tanah. Rayap kayu kering memotong melintang arah serat kayu kemudian membuat ruangan besar dalam kayu yang akan dihubungkan dengan lorong-lorong kecil. Ruangan besar dan lorong-lorong kecil dijaga kebersihannya, sedangkan kotoran dan sisa-sisa makan kayu dikumpulkan dalam ruangan

yang tidak terpakai atau dikeluarkan melalui lubang kecil di permukaan kayu (kickout holes). Kotoran yang dikeluarkan oleh rayap kayu kering juga sangat mudah dibedakan dengan kotoran yang dikeluarkan oleh serangga pembor lainnya seperti kumbang. Kotoran atau feses pelet yang dikeluarkan berbentuk sisi permukaan konkaf enam sisi dan sangat keras (Gambar 6) sedangkan serangga pembuat lobang (borer) berupa serbuk halus seperti tepung.

Inspeksi serangan secara visual

Serangan kayu kering ini tidak mudah dideteksi sebab hidupnya terisolir di dalam kayu yang berfungsi sebagai sarangnya. Salah satu dari tanda-tanda khusus serangan rayap kayu kering yang mudah dikenali yaitu dengan mengidentifikasi feses pelet (Gambar6a). Ekskremen-ekskremen tersebut merupakan kotoran-kotoran rayap kayu kering yang dibuang keluar sarangnya. Identifkasi visual juga bisa dilakukan dengan bantuan senter/lampu LED dengan tingkat visibilitas tinggi (Gambar 6b). Sering terlihat secara kasat mata bahwa kayu terlihat masih utuh dan mulus, namun apabila kita tekan/ketuk permukaannya maka kayu akan pecah sebab telah keropos di dalamnya.

Inspeksi serangan menggunakan alat pendeteksi

Inspeksi serangan kayu kering dalam struktur bangunan yang besar seringkali tak bisa dilakukan secara visual. Ada kalanya obyek inspeksi jauh dari jangkauan ataupun tak ditemukan feses pelet. Penggunaan alat inspeksi khusus tentunya diperlukan dalam keaadaan tersebut. Beberapa alat pendeteksi serangan rayap kayu kering yang saat ini ada di pasaran adalah pendeteksi gelombang mikro (Gambar 7a) dan pendeteksi gelombang panas (Gambar 7b). Aktifitas makan dan pergerakan koloni rayap di dalam kayu dapat ditangkap oleh sensor gelombang yang dimiliki alat-alat tersebut. Gambar 7. Inspeksi serangan rayap kayu kering menggunakan alat pendeteksi (a) gelombang mikro dan (b) gelombang panas.

Pengendalian Rayap Kayu Kering

Cara pengendalian serangan rayap kayu kering yaitu dengan fumigasi dan perlakuan kayu. Perlakuan kayu hanya dilakukan apabila serangan belum serius sehingga hanya dilakukan perlakuan didaerah yang terserang saja. Akan tetapi apabila serangan rayap kayu kering sudah menjalar ke seluruh bagian struktur kayu maka lebih baik dilakukan fumigasi.

1. Pengendalian dengan fumigasi

Fumigasi dilakukan biasanya dengan menggunakan bahan kimia gas sulfuryl fluoride, Phosfin atau methyl bromide. Bangunan yang akan di fumigasi ditutup rapat dengan penutup khus untuk fumigasi kemudian gas dimasukkan kedalamnya. Penggunaan vikane mempunyai keuntungan dapat cepat secara uniform pada temperatur ruangan ke dalam tempat rayap kayu kering berada. Proses fumigasi harus dilakukan oleh seorang yang sudah profesional yang telah mendapatkan pelatihan dalam bidang penggunaan gas.

2.Pengendalian dengan perlakuan panas atau dingin

Perlakuan ini sama dengan perlakuan fumigasi yaitu bangunan atau ruangan yang terbatas dan memerlukan peralatan yang khusus. Kedua perlakuan tersebut jarang digunakan di Indonesia. Perlakuan extra panas menggunakan propane heater atau perlakuan dingin menggunakan nitrogen cair memerlukan teknik khusus, karena menggunakan udara yang bersuhu sekitar 145 – 1600C dan dipompakan ke dalam ruangan dengan menggunakan selang fleksibel untuk beberapa jam. Karena menggunakan udara panas, barang-barang yang sensitif terhadap panas harus disingkirkan atau dibungkus dengan bahan anti panas. Untuk perlakuan dingin, biasanya dilakukan terhadap dinding atau partisi dengan mengalirkan nitrogen cair hingga temperatur terendah yang mematikan tercapai.

Pengendalian dengan perlakuan titik tertentu (spot treatment) Titik lokasi kayu yang teridentifikasi serangan dibor selebar 1 cm sampai mencapai lorong-lorong rayap. Selanjutnya, bahan kimia dalam bentuk larutan, aerosol atau serbuk (dust) dimasukkan melalui lubang tersebut dengan menggunakan tekanan. Serbuk diinjeksikan ke dalam lorong rayap dalam jumlah yang cukup sedikit karena apabila dalam jumlah banyak akan menutupi ruangan rayap sehingga areal tersebut terisolasi. Apabila daerah yang terinfestasi terbatas, maka penggunaan aerosol formulasi serbuk lebih banyak disarankan. Perlakuan tersebut harus cukup hati-hati apabila zat yang digunakan mengandung pelarut minyak yang mudah terbakar. Oleh karena itu, sebaiknya digunakan zat kimia yang pelarutnya menggunakan pelarut air. Setelah proses injeksi selesai, lubang tersebut segera ditutup kembali dengan menggunakan paku kayu. Termitisida yang cocok untuk pengendalian rayap kayu kering adalah jenis termitisida yang non-repelen seperti jenis nikotinoid, pirol atau asam borat.

3. Dusting

Perlakuan ini sangat prospektif untuk mengendalikan rayap kayu kering karena mudah dilakukan langsung ke sasaran. Caranya bias dengan menyemprotkan ke lubang galeri atau dengan memberikan perangkap seperti metoda umpan kemudian badang rayap disemprot lalu dilepas kembali ditempat yang sama.

Referensi: Makalah Pest Academy 2017, dibawakan oleh Bapak Sulaeman Yusuf.  S. Khoirul Himmi,

dan Titik Kartika

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *