Pengendalian Rayap

Pengendalian Rayap

Beberapa Pertimbangan Sebelum Melakukan Pengendalian Rayap:

Serangan rayap dapat menimbulkan kerugian yang besar terhadap bangunan dan furniture, karena
itu diperlukan pengendalian rayap yang tepat. Pengendalian rayap yang tepat perlu mempertimbangkan hal diantara:

  1. Kapan pengendalian rayap akan dilakukan? sebelum bangunan jadi (pra konstruksi) atau setelah bangunan berdiri (pasca konstruksi)
  2. Jenis rayap apa yang menyerang, dapat dilakukan dengan melakukan identifikasi rayap terlebih dahulu untuk mengetahui jenis spesies rayapnya
  3. Apa metode yang akan digunakan? Chemical Barrier System/Spraying/Spot Treatment ataukah pengumpanan rayap (termite baiting system)
  4. Seberapa persen bangunan atau bagian bangunan yang sudah terserang, jika sudah cukup parah atau sudah 50% lebih bangunan terserang, pikirkan ulang apakah lebih baik mengganti bagian bangunan atau melakukan pengendalian, karena biaya nya akan sama besarnya.                 Setelah itu,  Anda dapat menentukan sejumlah metode berikut ini:

Beberapa Metode Pengendalian Rayap:

Pengendalian rayap dengan menggunakan cara fisik

Dilakukan dengan membentuk barrier/penghalang di bawah lapisan tanah bangunan  untuk mencegah penetrasi rayap ke dalam bangunan. Bahan yang digunakan sebagai barrier adalah pasir, perlit, granit dan mesh stainless steel dll. Metode pengendalian secara fisik belum populer dimata masyarakat Indonesia.

Pengendalian rayap dengan cara  hayati

Yaitu pengendalian dengan menggunakan musuh alami dari rayap misalnya nematoda, jamur dan bakteri untuk mengendalikan rayap. Misal para petani singkong menggunakan jamur Metharizium sp.

 Pengendalian dengan cara toksik

Pengendalian dengan cara kimia biasa juga disebut pengendalian dengan memberikan perlakuan bahan kimia pada lapisan tanah. Prinsip dasar pengendalian ini adalah pembentukan barrier dari bahan kimia di lapisan tanah untuk mencegah penetrasi rayap ke bangunan.

Berdasarkan cara aplikasinya metode pengendalian rayap dengan cara toksik dibedakan menjadi dua  cara yaitu : 

Pre Construction
pengendalian rayap prakonstruksi
pengendalian rayap prakonstruksi

Adalah metode pengendalian yang diarahkan kepada rumah/bangunan  yang sedang dalam pembangunan atau belum jadi. Tahapannya meliputi :

  • Pemberian perlakuan pada lubang pondasi
  • Pemberian perlakuan pada lantai bangunan yang belum tertutup oleh beton.
  • Dosis aplikasi adalah 5 liter/m.
  • Konsentrasi larutan disesuaikan dengan jenis bahan kimia yang digunakan (lihat label)

 

 

 

Post Construction

Pengendalian yang diarahkan ke bangunan yang sudah jadi. Tahapannya adalah :

  • Pemberian perlakuan pada pondasi  dengan cara :
    • Melakukan pengeboran pada sisi kiri dan kanan pondasi dengan jarak antara lubang 30–40 cm.
    • Jarak pengeboran dari dinding kurang lebih 15 cm.
    • Kedalaman pengeboran adalah sampai mencapai tanah.
    • Kedalam lubang yang telah tersedia, dinjeksikan larutan bahan kimia sebanyak 5 liter larutan per linear meter atau 2 liter larutan bahan kimia per lubang. Konsentrasi larutan tergantung pada jenis bahan kimia yang digunakan.
    • Setelah proses injeksi, langsung dilakukan penutupan lubang injeksi dengan menggunakan bahan yang warnanya sesuai dengan warna lantai.
  • Pemberian perlakuan pada  komponen kayu pada bangunan dengan cara penyemprotan atau pelaburan pada permukaan komponen kayu. Bila dianggap perlu, lakukan pengeboran dan injeksi pada kayu yang telah terserang oleh rayap.

Pengendalian Rayap dengan cara pengumpanan

Pengendalian rayap dengan melakukan pengumpanan hanya efektif dilakukan pada jenis rayap Coptotermes sp, kenapa? penjelasannya ada disini:

Teknologi pengendalian dengan metode pengumpanan,  menggunakan bahan kimia yang telah tercampur dengan bahan yang sangat disenangi oleh rayap kemudian dikemas sedemikian rupa. Umpan-umpan tersebut dipasang pada titik liang kembara/tunnel rayap aktif. Umpan-umpan telah terpasang akan termakan oleh rayap dan dengan adanya mekanisme tropalaxis (transfer makanan) pada rayap, umpan-umpan tersebut akan tersebar ke seluruh anggota koloni.

Contoh bahan kimia yang telah banyak digunakan di Indonesia adalah Hexaflumuron. Metode pengendalian dengan penggunaan umpan merupakan alternatif pengendalian yang mulai banyak digunakan. Disamping aplikasinya yang mudah, juga sangat ramah terhadap lingkungan karena mempunyai spektrum yang yang sangat sempit (spesifik untuk rayap). Disamping itu kemampuannya untuk mengeliminasi koloni sangat baik.  Beberapa jenis station umpan rayap (bait station) diantaranya adalah:

In Ground Station

  • Bentuknya seperti silinder berwarna hijau.
  • Di dalamnya terdapat Wood monitoring Device (WMD) yang terbuat dari kayu atau sejenisnya.
  • Fungsi WMD adalah untuk monitoring.
  • Di pasang di sekeliling area luar bangunan pada tanah di sekitar taman, pohon dll. Pada kondisi tertentu, pemasangan disekiling bangunan tidak memungkinkan sehingga kadang–kadang pemasangan hanya pada area tertentu saja.
  • Jarak pemasangan antar station adalah 3–5 meter.
  • IG station dapat pula dipasang pada taman yang terdapat di area dalam bangunan.
  • Jangan di pasang pada area yang telah diaplikasikan bahan kimia
  • Hindari pemasangan pada area yang tergenang oleh air atau terkena oleh  kucuran air hujan langsung dari atap.
  • WMD (Word Monitoring Device) yang telah terinfestasi oleh rayap (Coptothermes Sp.) sebanyak kurang lebih 20 ekor, diganti dengan Umpan rayap yang mengandung IGR (Insect Growth Regulator) yang berbahan aktif, misal: Hexaflumuron atau Bistrifluron. 
  • Frekwensi monitoring adalah interval 1-2 minggu setelah instalasi sampai tahap eliminasi dan interval 2-3 bulan pada tahap pasca eliminasi sampai akhir tahun. (baca ketentuan pada masing-masing produk umpan rayap)
  • Pada kondisi populasi rayap sangat tinggi, frekuensi monitoring dapat dilakukan dengan interval 1 minggu sampai eliminasi.

Above Ground Station

pengumpanan rayap above ground station (AG Station)
pengumpanan rayap above ground station (AG Station)                                                                                         .
  • Berisi tissue yang mengandung hexaflumuron atau Bistrifluron
  • Dipasang pada titik liang kembara/tunnel aktif rayap tanah (Coptotermes sp.)
  • Frekuensi monitoring adalah interval 1-2 minggu setelah instalasi sampai tahap eliminasi dan interval 2-3 bulan pada tahap pasca eliminasi sampai akhir tahun/kontrak.
  • Pada kondisi populasi rayap tinggi, frekuensi monitoring dapat dilakukan dengan interval 1 minggu sampai eliminasi.

 

                                                             

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *