Klasifikasi Tungau Sarcoptes scabiei ( Skabies )
Tungau skabies (penyebab penyakit skabies) termasuk artropoda yang secara ataupun tidak langsung dapat mengganggu kesehatan manusia. Dalam klasifikasinya, tungau termasuk kelas Arachnida , ordo Acari. Dari subordo Trombidiformes contohnya Trombicula dan Demodex, sedangkan dari Ordo Sarcoptiformes contohnya Sarcoptes yang merupakan parasit penyebab penyakit skabies/kudis/gudik.
Klasifikasi Ilmiah Sarcoptes scabiei
Domain : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum: Chelicerata
Class : Arachnida
Order : Sarcoptiformes
Family : Sarcoptidae
Genus : Sarcoptes
Species : S. scabiei
Tentu saja tidak semua jenis tungau merugikan manusia , tetapi beberapa jenis memang dapat menimbulkan gangguan pada manusia . Beberapa jenis tungau yang merugikan antara lain tungau debu, tengu ( Trombicula ) , Demodex dan tungau gudik.
Tungau yang termasuk dalam famili Sarcoptidae ini adalah penyebab penyakit kudis, sepanjang hidupnya tungau ini hidup sebagai parasit. Penyakit skabies atau kudis ini juga bisa ditularkan dari hewan ke manusia, hewan yang mudah terjangkit penyakit kudis adalah anjing, kucing, kambing dan domba. Disarankan apabila memelihara hewan yang terkena skabies jangan dibiarkan berdekatan dengan manusia, cucilah tangan setelah kontak dengan hewan, dan yang diutamakan adalah hewan penderita skabies harus segera diobati karena penyakit ini amat mudah menular dari satu hewan ke hewan lain, bahkan ke manusia. Tungau skabies yang menyerang manusia adalah Sarcoptes scabiei var hominis, sedangkan skabies pada hewan mempunyai jenis yang sama dengan pada manusia tetapi secara fisiologis Sarcoptes pada hewan telah menyesuaikan diri dengan setiap jenis hewan yang menjadi inangnya. Pada anjing dan kucing skabies disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var canis, sedangkan pada kambing dan domba disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var caprae. Selain itu skabies pada hewan juga ditemukan pada sapi dan babi.
Biologi dan Perilaku Tungau Skabies Sarcoptes scabiei
Tungau betina berukuran sekitar 300-450 μm, sedangkan yang jantan berukuran 150-250 μm. Secara morfologi tubuh tungau terlihat berbentuk bulat, berwarna keputihan. Bagian dorsal tubuh tungau tertutup oleh sejumlah tonjolan – tonjolan halus menyerupai duri (protuberances) dan beberapa rambut – rambut kasar (bristles) . Pada bagian dorsal dan ventral tubuh tungau terdapat barisan duri- duri halus (striae) . Tungau dewasa memiliki empat pasang tungkai , dua pasangan tungkai pertama pada tungau betina maupun jantan memiliki cakar empodium (empodial claws) dan alat penghisap dengan tangkainya ( sucker dan pulvillus ). Alat penghisap pada kaki ini berguna untuk membantu tungau pada waktu berjalan di kulit maupun terowongan kulit yang dibuatnya. Pada tungau jantan selain kedua pasangan kaki pertama dan kedua, alat penghisap juga terdapat pada pasangan tungkai keempat, tetapi tidak ada pada pasangan tungkai ketiga. Sedangkan pada tungau betina pasangan tungkai ketiga dan keempat tidak memiliki alat penghisap. Perkawinan tungau Sarcoptes ini terjadi di permukaan kulit atau di terowongan kulit, mengikuti jalan terowongan kulit yang dibuat oleh tungau betina . Tungau menggali dan makan epitel-epitel kulit maupun cairan yang berasal dari sel – sel kulit yang digalinya di sepanjang stratum corneum. Kecepatan menggali tungau ini mencapai 0.5-5 mm per hari, sedangkan kecepatan berjalan seekor tungau diperkirakan mencapai lebih dari 2.5 cm per menit. Bila diperhatikan panjang terowongan yang dihuni tungau terlihat seperti garis-garis di bawah kulit, mulai beberapa milimeter sampai centimeter .
Siklus Hidup Sarcoptes scabiei
Sarcoptes dalam menyelesaikan siklus hidupnya mengalami empat tahapan stadium , dimulai dari telur , larva , nimfa dan dewasa. Tungau betina meletakkan telur 1-3 butir per hari di dalam Sarcoptes dalam menyelesaikan siklus hidupnya mengalami berkisar sekitar dua bulan. Dalam kurun waktu 3-5 hari telur akan terowongan kulit yang dibuatnya. Masa subur seekor tungau betina menetas menjadi larva yang memiliki enam buah kaki, bentuknya sudah menyerupai tungau dewasa. Larva akan segera keluar dari terowongan menuju permukaan kulit. Pada waktu berada d permukaan kulit banyak larva yang tidak bertahan hidup, beberapa yang masih hidup akan masuk kembali ke stratum corneum atau folikel rambut untuk membuat kantung – kantung tempat larva berganti kulit . Setelah 2-3 hari larva berubah menjadi protonimfa. Protonimfa kemudian berganti kulit menjadi deutonimfa, setelah beberapa hari nimfa berganti kulit menjadi tungau dewasa. Beberapa tungau dewasa kawin di kantung-kantung yang dibuat pada masa stadium larva atau pindah ke permukaan kulit dan kawin di tempat tersebut. Betina yang telah kawin dan mengandung telur segera menggali terowongan kulit untuk meletakkan telur di sana . Lamanya daur hidup sejak telur sampai tungau dewasa sekitar 10-19 hari. Tungau betina dapat hidup sekitar satu bulan pada kulit manusia, tetapi bila tidak berada di kulit maka tungau ini hanya bertahan 2-4 hari. Sepanjang hidupnya tungau jantan dapat ditemukan di terowongan-terowongan yang pendek, biasanya kurang dari satu milimeter dari permukaan kulit atau berjalan-jalan di permukaan kulit untuk mencari betina yang siap untuk dibuahi .
Peranan Tungau Sarcoptes scabiei dalam Bidang Kesehatan
Tungau menyukai daerah kulit yang tipis dan memiliki banyak lipatan, seperti pada pergelangan tangan, siku, kulit diantara jari-jemari tangan, kaki, penis dan skrotum, lipatan ketiak, daerah pusar, kelamin luar pada laki-laki dan pada wanita skabies juga dapat ditemukan di daerah payudara dan puting, sedangkan pada anak-anak yang kulitnya relatif masih lembut, serangan tungau ini dapat dijumpai di bagian wajah. Gejala klinis akibat tungau skabies ini adalah timbulnya rasa gatal-gatal pada kulit yang terkena, terutama pada malam hari (pruritus nokturna) sehingga mengganggu ketenangan tidur. Rasa gatal timbul akibat dari reaksi alergi terhadap ekskresi dan sekresi yang keluar dari tubuh tungau, biasanya gejala ini muncul satu bintik merah pada kulit (rash). Diagnosis dilakukan dengan bulan setelah serangan tungau didahului dengan munculnya bintik- menemukan parasit tungau skabies ini pada kulit melalui kerokan kulit/biopsi .
Pada hewan peliharaan skabies sering menyerang anjing dan kucing. Serangan awal biasanya dijumpai di bagian kepala, di atas mata, di bagian axila dan inguinal. Mul-mula ada gejala kemerahan pada kulit yang tidak terlalu jelas, selanjutnya terjadi peradangan kulit, kerontokan bulu, kelit mengering, menebal dan kusut. Bila tidak segera diobati dapat terjadi serangan bakteri sehingga terbentuklah pernanahan pada kulit. Diagnosis dilakukan dengan melakukan kerokan kulit yang agak dalam menggunakan skalpel agar tungau yang berada di terowongan kulit dapat terbawa, kemudian dilakukan pemeriksaan di bawah mikroskop .
Pencegahan dan Pengendalian Tungau Sarcoptes scabiei
Sebagai pencegahan dianjurkan untuk:
- Tidak kontak dengan penderita atau berhubungan terlalu erat . Ada baiknya penderita diberikan kamar terpisah,
- pemakaian handuk atau baju yang tidak bercampur dengan orang yang sehat sampai penderita benar-benar hewan ke manusia, hindarilah kontak langsung dengan penderita, dinyatakan sembuh.
- Untuk menghindari penularan skabies dari sedangkan hewan yang sakit segera dibawa ke dokter hewan untuk diobati .
Perlakuan dan Pengobatan Skabies
Perlakuan/Treatment:
- Jemur kasur minimal selama tiga hari, kemudian spray dengan aerosol (mengandung permetrin/sintetik piretroid), setelah itu pukul-pukul dengan sapu lidi atau dapat divacuum.
- Rendam pakaian penderita, sprei dll dengan air panas dalam suatu wadah misal:ember, kemudian tutup. (lakukan setiap hari sampai penderita dinyatakan sembuh total)
Pengobatan penyakit kulit Skabies oleh dokter spesialis kulit,biasa nya menggunakan kombinasi berupa penggunaan obat (pengobatan dari dalam), salep kulit dan sabun. Untuk sakit berlanjut dapat menghubungi dokter spesialis kulit.