Ikan pemakan jentik nyamuk (larvavorous) sangat membantu dalam mengendalikan nyamuk pradewasa (jentik).
Berikut ini beberapa jenis ikan pemakan jentik nyamuk:
1.Ikan kepala timah/Whitespot (Aplocheilus panchax)
Ikan kepala timah/ (Apocheilus panchax) atau dalam bahasa daerah disebut: wader peto (Jawa), sisik malik (Sunda), pantau (Minang). Ikan pemakan jentik nyamuk ini (ikan kepala timah) adalah sejenis ikan kecil penghuni perairan tawar, anggota family Aplocheilidae. Ikan ini ditemukan menyebar luas di Asia bagian selatan mulai dari Pakistan hingga Indonesia, ikan ini dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Blue panchax atau Whitespot, merujuk pada bintik putih di atas kepalanya yang serupa tetesan timah.
Ikan yang bertubuh kecil, panjang tubuh hingga 55 mm atau lebih. Kepala memipih datar di bagian depan, tegak di bagian belakangnya; sisi atasnya datar sebagaimana pula punggung bagian depan. dan sebuah bintik hitam terdapat di sirip punggungnya.
Mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi, ikan kepala timah ditemukan hidup di berbagai perairan tawar hingga payau. Ikan ini biasanya menghuni air yang menggenang dan ternaungi. Ikan kepala timah juga memangsa aneka serangga dan tempayaknya; ikan ini sejak lama telah dikenal sebagai pemangsa jentik-jentik nyamuk. Ikan ini cukup efektif untuk menanggulangi jentik[; dalam satu percobaan tercatat memangsa antara 53-65 ekor jentik Culex quinquefasciatus dalam waktu tiga jam pemberian pakan.
Ikan kepala timah menyebar luas mulai dari Pakistan, Nepal, India, Srilangka, Bangladesh, Burma, Kamboja, Vietnam, Singapura dan Indonesia. Di Indonesia ikan ini tercatat dari Sumatera, Jawa (Tanjung Priok, Ciampea, Panjalu, Cilacap, Gombong, Jogja, Kebumen, Surabaya, Pasuruan, dll.), Kalimantan (Banjarmasin).
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Cyprinodontiformes
Famili: Aplocheilidae
Genus: Aplocheilus
Spesies: A. panchax
Nama binomial
Aplocheilus panchax (F. Hamilton, 1822)
-
Ikan Cere (Poecilia reticulata),
Ikan pemakan jentik nyamuk ini dinamakan ikan cere(Poecilia reticulata), adalah salah satu spesies ikan hias air tawar yang paling populer di dunia. Karena mudahnya menyesuaikan diri dan beranak-pinak, di banyak tempat di Indonesia ikan ini telah menjadi ikan liar yang memenuhi parit-parit dan selokan. Dalam perdagangan ikan hias dikenal sebagai guppy atau juga millionfish, dalam bahasa daerah sebutan ikan ini adalah: ikan gepi (Betawi), bungkreung (Sunda), cetol atau cithul (Jawa) dan lain-lain.Gupi merupakan anggota suku Poecilidae yang berukuran kecil. Jantan dan betina dewasa mudah dibedakan baik dari ukuran dan bentuk tubuhnya, maupun dari warnanya (dimorfisme seksual). Panjang total tubuh ikan betina antara 4–6 cm, sedangkan jantannya lebih kecil, sekitar 2½–3 bagian tubuhnya membentuk pola seperti jala (reticulata = dengan pola jaring atau jala), dan perut gendut berwarna putih.
Ekologi dan reproduksi
Ikan Cere/Gupi adalah ikan yang sangat mudah berkembang biak. Masa kehamilan ikan ini berkisar antara 21–30 hari (rata-rata 28 hari) bergantung pada suhu airnya. Suhu air yang paling cocok untuk berkembang biak adalah sekitar 27 °C (72 °F).
Ikan cere mengandung dan melahirkan anaknya (livebearers). Setelah ikan betina dibuahi, daerah berwarna gelap di sekitar anus yang dikenal sebagai ‘bercak kehamilan’ (gravid spot) akan meluas dan bertambah gelap warnanya. Menjelang saat-saat kelahirannya, bintik-bintik mata anak-anak ikan dapat terlihat dari kulit perut induknya yang tipis dan menerawang. Seekor induk cere dapat melahirkan burayak (anak ikan) antara 2–100 ekor pada setiap kelahiran, namun kebanyakan antara 5–30 ekor saja. Beberapa jam setelah persalinan, induk gupi telah siap untuk dibuahi lagi.
Begitu keluar dari perut induknya, anak-anak gupi telah mampu hidup sendiri. Berenang, mencari makanan, dan menghindari musuh-musuhnya. Anak-anak ikan cere ini umumnya akan terus bergabung dengan kelompoknya, dan dengan ikan-ikan lain yang lebih besar. Namun ikan cere yang telah dewasa tidak akan segan-segan memangsa burayak yang berukuran jauh lebih kecil; sehingga apabila dipelihara di akuarium, anak-anak ikan ini perlu dipisahkan dari ikan-ikan dewasa. Burayak-burayak ini, apabila selamat, akan mencapai kedewasaan pada umur satu atau dua bulan saja. Itulah sebabnya ikan ini dengan segera dapat melipat-gandakan jumlah anggota kelompoknya, sehingga dinamai juga ikan seribu.
Sirip dubur pada ikan jantan mengalami perubahan menjadi gonopodium, yang berfungsi untuk mengeluarkan sperma yang akan masuk pada tubuh ikan betina. Ikan cere betina memiliki kemampuan untuk untuk menyimpan sperma, sehingga dapat hamil berulang kali dengan hanya satu kali kawin.
Faktor kunci keberhasilan yang lainnya adalah kemampuannya untuk menyesuaikan hidup dengan berbagai kondisi perairan, dengan variasi makanan yang beragam. Analisis terhadap isi perut cere yang hidup di Danau Buyan, Bali, menunjukkan bahwa ikan ini terutama memakan zooplankton yang melimpah di sana. Sementara cere yang hidup di Danau Bratan dan Batur kebanyakan mengandalkan bahan-bahan organik yang berada di dasar danau.
-
Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus)
Ikan Mujair adalah sejenis ikan air tawar yang biasa dikonsumsi. Penyebaran alami ikan ini adalah perairan Afrika dan di Indonesia.
Ikan mujair pertama kali ditemukan oleh Pak Mujair di muara Sungai Serang pantai selatan Blitar, Jawa Timur pada tahun 1939. Meski masih menjadi misteri, bagaimana ikan itu bisa sampai ke muara terpencil di selatan Blitar, tak urung ikan tersebut dinamai ‘mujair’ untuk mengenang sang penemu
Nama ilmiahnya adalah Oreochromis mossambicus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Mozambique tilapia.
Kebiasaan ikan pemakan jentik nyamuk, ikan mujair
Ikan mujair mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar garam (salinitas), sehingga dapat hidup di air payau. Jenis ikan ini memiliki kecepatan pertumbuhan yang relatif cepat, tetapi setelah dewasa kecepatannya ini akan menurun.
Mujair juga sangat peridi. Ikan ini mulai berbiak pada umur sekitar 3 bulan, dan setelah itu dapat berbiak setiap 1½ bulan sekali. Setiap kalinya, puluhan butir telur yang telah dibuahi akan ‘dierami’ dalam mulut induk betina, yang memerlukan waktu sekitar seminggu hingga menetas. Hingga beberapa hari setelahnya pun mulut ini tetap menjadi tempat perlindungan anak-anak ikan yang masih kecil, sampai anak-anak ini disapih induknya.
Dengan demikian dalam waktu beberapa bulan saja, populasi ikan ini dapat meningkat sangat pesat. Apalagi mujair cukup mudah beradaptasi dengan aneka lingkungan perairan dan kondisi ketersediaan makanan.